Kali Ini Admin Akan Berbagi Pengetahuan Tentang Kerajaan Bali Dibidang Politik, ekonomi dan sosial .
Pengertian
Kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari sejarah kehidupan masyarakat bali
secara keseluruhan. Bagian pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa
kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara
kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Kerajaan Bali
pertama pada saat itu kemungkinan bernama Kerajaan Bedahulu dan
dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan
Gelgel mengambil alih, dan dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung
setelahnya. Pada masa Klungkung, terjadi perpecahan yang menyebabkan
kerajaan Klungkung terbagi menjadi delapan buah kerajaan kecil yang juga
dikenal di Bali sebagai swapraja.
a.Kehidupan Politik Kerajaan Bali
Nama
Bali sudah lama dikenal dalam beberapa sumber kuno. Dalam berita Cina abad ke-7
disebut adanya nama daerah yang bernama Dwapa- tan, yang terletak di
sebelah timur Kerajaan Holing (Jawa). Menurut para ahli nama Dwa-pa-tan ini
sama dengan Bali. Adat istiadat penduduk Dwapa- tan ini sama dengan di Holing,
yaitu setiap bulan padi sudah dipetik, penduduknya menulis dengan daun lontar,
orang yang meninggal dihiasi dengan emas, dan ke dalam mulutnya dimasukkan
sepotong emas serta diberi harumharuman, kemudian mayat itu dibakar.
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan, pengaruh Buddha datang terlebih dahulu
dibandingkan dengan pengaruh Hindu. Prasasti yang berangka tahun 882 M,
menggunakan bahasa Bali menerangkan tentang pemberian i in kepada para biksu
untuk mendirikan pertapaan di Bukit Cintamani.
Pengaruh Hindu di Bali berasal dari Jawa Timur, ketika Bali berada di bawah kekuasaan
Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, ada sebagian penduduk yang melarikan diri
ke Bali, sehingga banyak penduduk Bali sekarang yang menganggap dirinya
keturunan dari Majapahit.
Prasasti
yang menceritakan raja yang berkuasa di Bali ditemukan di desa Blanjong, dekat
Sanur. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa raja yang bernama Khesari Warmadewa,
istananya terletak di Sanghadwala. Prasasti ini ditulis dengan huruf Nagari
(India) dan sebagian lagi berhuruf Bali Kuno, tetapi berbahasa Sanskerta.
Prasasti ini berangka tahun 914 M (836 saka), dalam Candrasengkala berbunyi
Khecara-wahni-murti.
Raja
selanjutnya yang berkuasa adalah adalah Ugrasena pada tahun 915 M. Ugrasena
digantikan oleh Tabanendra Warmadewa (955-967 M). Tabanendra kemudian
digantikan oleh Jayasingha Warmadewa, ia membangun dua buah pemandian di desa
Manukraya. Pemandian ini merupakan sumber air yang dianggap suci. Jayasingha
kemudian digantikan oleh Jayasadhu Warmadewa yang memerintah dari tahun 975-983
M. Tidak banyak berita yang menceritakan masa kekuasaannya.
Jayasadhu
digantikan oleh adiknya Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi, seorang raja
perempuan. Ia kemudian digantikan oleh Dharmodayana yang terkenal dengan nama
Udayana yang naik takhta pada tahun 989 M. Dharmodayana memerintah bersama
permaisurinya bernama Gunapriyadharmapadmi, anak dari raja Makutawangsawardhana
dari Jawa Timur.
Gunapriyadharmapadmi
meninggal pada tahun 1001 M dan dicandikan di Burwan. Udayana memerintah sampai
tahun 1011 M. Pada tahun itu, ia meninggal dan dicandikan di Banu Weka.
Pernikahannya dengan Gunapriya menghasilkan tiga orang putra yaitu, Airlangga
yang menikah dengan putri Dharmawangsa (raja Jawa Timur), Marakata, dan Anak
Wungsu.
Airlangga
tidak memerintah di Bali, ia menjadi raja di Jawa Timur. Anak Udayana yang
memerintah di Bali, yaitu Marakata memerintah dari tahun 1011-1022, ia bergelar
Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttuganggadewa. Masa
pemerintahan Marakata bersamaan dengan masa pemerintahan Airlangga di Jawa
Timur.
Marakata adalah raja yang sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya, sehingga ia
dicintai dan dihormati oleh rakyatnya. Untuk kepentingan peribadatan, ia
membangun prasada atau bangunan suci di Gunung Kawi daerah Tampak Siring, Bali.
Marakata digantikan oleh adiknya Anak Wungsu, yang memerintah dari tahun
1049-1077.
Pada
masa pemerintahannya, keadaan negeri sangat aman dan tenteram. Rakyat hidup
dengan bercocok tanam, seperti padi gaga, kelapa, enau, pinang, bambu, dan
kemiri. Selain itu, rakyat juga memelihara binatang seperti kerbau, kambing,
lembu, babi, bebek, kuda, ayam, dan anjing. Anak Wungsu tidak memiliki anak
dari permaisurinya. Ia meninggal pada tahun 1077 M dan didharmakan di gunung
Kawi dekat Tampak Siring.
Beberapa
raja yang memerintah Kerajaan Bali setelah Anak Wungsu, diantaranya Sri
Maharaja Sri Walaprahu, Sri Maharaja Sri Sakalendukirana, Sri Suradhipa, Sri
Jayasakti, Ragajaya, dan yang lain sampai pada Paduka Bhatara Sri Asta Asura
Ratna sebagai raja terakhir Bali. Sebab pada tahun 1430 M, Bali ditaklukkan
oleh Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
Sejak
Bali ditaklukkan oleh Majapahit, kerajaan di Bali diperintah oleh raja-raja
yang berasal dari keturunan Jawa (Jawa Timur). Oleh karena itu, raja-raja yang
memerintah selanjutnya menganggap dirinya sebagai Wong Majapahit artinya
keturunan Majapahit.
2. Kehidupan Ekonomi kerajaan Bali
Kehidupan
ekonomi yang berkembang di Bali adalah sektor pertanian. Hal itu dapat
dibuktikan dengan kata-kata yang terdapat dalam berbagai prasasti yang
menunjukkan usaha dalam sektor pertanian, seperti suwah, parlak (sawah kering),
gaga (ladang), kebwan (kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).
3. Kehidupan Sosial Kerajaan Bali
Struktur
masyarakat Bali dibagi ke dalam empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya,
dan Sudra. Tetapi pembagian kasta ini tidak seketat seperti di India. Begitu
pula dalam pemberian nama awal pada anak-anak di lingkungan masyarakat Bali
memiliki cara yang khas, yaitu:
a.
Wayan untuk anak pertama;
b.
Made untuk anak kedua;
c.
Nyoman untuk anak ketiga;
d.
Ketut untuk anak keempat.
Tetapi
ada juga nama Putu untuk panggilan anak pertama dari
kasta Brahmana dan Ksatria.
4. Kepercayaan Kerajaan Bali
Masyarakat
Bali banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India, terutama Hindu. Sampai
sekarang, masyarakat Bali masih banyak yang menganut agama Hindu. Namun
demikian, agama Hindu yang mereka anut telah bercampur dengan budaya masyarakat
asli Bali sebelum Hindu.
Masyarakat
Bali sebelum Hindu merupakan kelompok masyarakat yang terikat oleh hubungan
keluarga dan memuja roh-roh nenek moyang yang mereka anggap dapat menolong dan
melindungi kehidupan keluarga yang masih hidup. Melalui proses sinkretisme ini,
lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu Dharma.
Semoga artikel mengenai Sejarah Kerajaan Bali tadi dapat menambah dan
memperluas cakrawala pengetahuan anda semua mengenai sejarah, khususnya
cerita peradaban Bali pada masa dulu. Terima kasih telah mengunjungi blog kami.
Jangan Lupa mampir lagi ...
Silahkan Kunjungi di bawah ini ...
Mimin yakin Bisa Menambah pengetahuan kamu
Pilih Aja, Tinggal Klik di bawah ini :g:
....
Serta kunjungi Facebook mimin
Saya Ucapakan Terima kasih sekali lagi telah berkunjung di Blog ini.
0 komentar:
Posting Komentar